CROSSBREEDING SYSTEM
NIM : I 311 07 022
JURUSAN : Sosial Ekonomi Peternakan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Sebelumnya
akan dipaparkan sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan
Crossbreeding. Crossbreeding adalah sebuah sistem perkawinan/
persilangan antar ternak yang berbeda bangsa. Seperti contohnya,
persilangan antar bangsa sapi brahman dengan bangsa sapi angus, yang kemudian menghasilkan progeny/
keturunan bangsa sapi baru yakni Brangus. Keuntungan dari crossbreeding
ini adalah dapat meningkatkan Heterosis atau Hybrid vigor serta Breed
Complementary.
Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :
1. Sistem Terminal (Terminal System)
2. Sistem Rotasi (Rotational System)
3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
4. Sistem Komposit (Composite System)
Berikut adalah penjelasan mengenai keempat sistem dari crossbreeding :
1. Sistem Terminal (Terminal System)
Sistem
ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang dimana dalam
sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda. Dalam sistem
terminal ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual dan betina
pengganti (female replacements) diambil dari betina di luar kelompok.
Betina yang dipilih sebagai induk yakni betina yang telah melewati
seleksi sehingga didapatkan betina yang baik, tingkat produksi susu
serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk jantan, tingkat
pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik adalah merupakan hal
yang sangat penting (Anonim, 2009).
Adapun
keuntungan yang diperoleh dengan adanya sistem ini adalah memungkinkan
untuk meningkatkan heterosis progeny sebesar 100% selain itu juga dapat
meningkatkan breed complementary (Frahm, R).
Selain
itu, kekurangan yang didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang
pengembalaan (pasture) yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun
kualitas, karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2
kelompok ternak sapi yang saling berbeda bangsa sehingga dimungkinkan
juga berbeda dalam mengkonsumsi pakan/ hijauan (Frahm, R).
2. Sistem Rotasi (Rotational System)
Dalam
sistem ini diperlukan 2 atau 3 bangsa ternak yang berbeda. Secara umum
terdapat dua macam sistem rotasi, yakni sistem rotasi 2 bangsa
(Two-Breed Rotational Breed) dan sistem rotasi 3 bangsa (Three-Breed
Rotational Breed). Namun, sistem yang banyak digunakan adalah sistem
rotasi dengan menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda. Sedikit
pemaparan mengenai sistem rotasi 2 bangsa, yakni ♀ dari breed A
disilangkan dengan ♂ breed B, dan ♀ breed B disilangkan dengan ♂ breed
A. Dalam sistem ini, akan didapatkan peningkatan heterosis sebesar 66%.
Pada keturunannya akan memiliki 2/3 gen dari bangsa induknya, sedangkan
1/3 gen berasal dari bangsa lain (Anonim, 2009).
Sedangkan
untuk sistem rotasi dengan 3 bangsa, dalam 1 peternakan terdiri dari 3
bangsa ternak, yang dimana ♀ breed A digunakan sebagai female
replacements untuk kemudian disilangkan dengan ♂ breed B. Ternak ♀ hasil persilangan tadi digunakan sebagai female replacements yang kemudian disilangkan dengan ♂ breed C. Ternak ♀ hasil persilangan ini kemudian digunakan sebagai female replacements yang kemudian akan disilangkan dengan ♂ breed A (Frahm, R).
Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem rotasi 3 bangsa ini
adalah dapat meningkatkan heterosis atau hybrid vigor lebih tinggi 20% -
21%
dibandingkan dengan sistem rotasi 2 bangsa, yakni sebesar 86% - 87%.
Disamping itu kerugian yang diperoleh dalam sistem ini adalah kesulitan
dalam pemeliharaan bila dibandingkan dengan sistem rotasi dengan 2
bangsa,
mengingat bahwa dalam sistem ini menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda, sehingga juga dibutuhkan pasture yang dapat mencukupi
maintenance (kebutuhan sehari-hari) dari ternak tersebut, serta pakan
yang tersedia harus sesuai dengan A.I (animal unit) agar tidak terjadi
overgrazing ( ∑ ternak > hijauan ) dan undergrazing (∑ ternak < hijauan) (Anonim, 2009).
Berikut adalah diagram sederhana yang dapat menggambarkan
bagaimana sistem kerja sistem rotasi tersebut :


Herd- A Herd- B

|



|


|

|
♂
♀ ♀ = female replacements
3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
Sistem kombinasi ini merupakan sistem crossbreeding yang mengkombinasikan antara sistem rotasi (rotational system) dengan sistem terminal (terminal system). Dimana sistem rotasi berfungsi untuk
menyediakan female replacements (♀) dengan jalan persilangan antara
breed A dengan breed B (A*B Rot) sedangkan sistem terminal berfungsi
untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dijual (marketed calf).
Sehingga secara sederhana dapat dirumuskan bahwa [T * (A*B)] (Nick, 2005).
Adapun
keuntungan yang diperoleh dari sistem kombinasi ini adalah dimungkinkan
dapat meningkatkan berat sapih sekitar 21%. Disamping itu, juga dapat meningkatkan heterosis yang berasal terminal cross. Dapat
diasumsikan bahwa, kita akan mendapatkan 66% heterosis dari sistem
rotasi (2 breed) dan 100% heterosis dari sistem terminal dan 50% dari
total sapi di dalam Herd C ( kelompok C [T * (A*B)] ), ini dapat memungkinkan yakni kira-kira heterosis yang akan diperoleh adalah sebesar 83% (Frahm, R).
Sedangkan
kerugian yang diperoleh dari sistem ini adalah setidaknya, minimal
peternak memiliki 3 ladang pengembalaan (pasture), minimal terdiri dari 100 sapi/kelompok, diperlukan kedisiplinan serta ketelitian dala mengidentifikasi sapi menurut tahun kelahirannya sebagaimana bangsa induknya (Nick, 2005).
4. Sistem Komposit (Composite System)
Composite berarti keturunan baru. Yakni dimana crossbreeding digunakan untuk membentuk keturunan baru/ komposit. Setelah keturunan
tersebut terbentuk maka akan dibentuk sebuah kawasan atau kelompok untuk breed baru tersebut (Anonim, 2009).
Keuntungan dari keturunan komposit mencangkup kemudahan
manajemen,
konsistensi heterosis yang tinggi dan seringkali bahwa keturunan baru
ini dapat berkembang biak dalam suatu lingkungan yang ideal untuk
dikembangkan secara khusus (Anonim, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar